Walau tergolong kuliner tradisional, nasi tumpeng masih tetap diminati saat ini. Kuliner ini bisa kamu temukan di beberapa momen spesial, seperti hajatan, syukuran, dan ulang tahun.
Selain rasanya yang lezat, bentuknya yang unik adalah daya tarik kuliner ini. Nasi tumpeng punya bentuk mengerucut, dimana bagian kerucutnya ditutupi oleh daun pisang yang bentuknya juga kerucut.
Bentuknya sendiri konon terinspirasi dari bentuk gunung-gunung keramat di tanah Jawa. Pada masa lampau, tumpeng lazim dipakai sebagai persembahan untuk gunung-gunung keramat dan para leluhur.
Nasi tumpeng umumnya dibuat dari nasi kuning. Namun, makin kesini, tumpeng juga bisa dibuat dari nasi uduk atau nasi putih. Pada bagian tumpengnya, terdapat berbagai macam lauk-pauk, seperti daging ayam, telur, dan urap.
Di masa lalu, lauk-pauk pada tumpeng mesti berjumlah tujuh buah, supaya bisa mewakili falsafah pitu alias pitulungan (pertolongan). Tiap lauk yang tersaji dalam tumpeng punya filosofinya tersendiri, beberapa diantaranya adalah:
- Daging ayam yang melambangkan kesabaran sekaligus simbol pengusir sifat angkuh.
- Ikan teri yang melambangkan kebersamaan atau gotong royong.
- Ikan lele yang melambangkan kerendahan hati. Saat ini, ikan lele kini sudah jarang dipakai dan sering diganti lauk dari ikan lainnya, entah itu teri maupun bandeng.
- Telur rebus atau semur telur yang melambangkan tindakan yang mesti didasari oleh rencana.
- Sayur urap yang melambangkan ketentraman.
Seiring waktu, lauk pada nasi tumpeng tak mesti berjumlah tujuh buah. Jumlahnya bisa kurang atau lebih sesuai kebutuhan. Lauknya juga kian beragam. Kini, dalam satu nasi tumpeng, kamu bisa menemukan lauk-pauk semacam perkedel kentang/jagung, orek tempe, sambal goreng ati, sampai mi goreng.
Untuk bisa menikmati kuliner ini, kamu mesti memotong salah satu bagian nasi tumpengnya dulu, lalu setelahnya ambil satu atau beberapa lauk yang ingin disantap. Umumnya, nasi tumpeng akan dipotong dari bagian atasnya dulu. Namun, menurut William Wongso, cara tersebut rupanya keliru.
Pakar kuliner kenamaan tersebut berujar kalau tumpeng justru harus dikerok dari bagian bawah dulu. Cara tersebut sesuai dengan filosofi dari tumpeng itu sendiri.
“Bagian puncak tumpeng ‘kan artinya pemerintahan, sedangkan bagian bawahnya adalah kemakmuran atau masyarakat. Kalau kita potong puncaknya dulu, secara tak langsung kita telah memutus hubungan pemerintah dengan masyarakat. Makanya lebih baik kalau kita kerok atau potong tumpengnya dari bawah dulu,” ujarnya.
Saat ini, tumpeng makin mudah dipesan sejak adanya internet. Kamu tinggal pesan tumpengnya secara online ke penyedia tumpeng online. Salah satunya adalah Rumah Tumpeng Jakarta. Disana, kamu bisa pesan tumpeng dengan mudah dengan berbagai ukuran, mulai dari tumpeng ukuran biasa hingga mini. Kalau kamu tertarik memesannya, silakan langsung pesan disini.
Sekian artikel kali ini. Semoga bermanfaat!