Terkait Renovasi JIS, Sebuah Politisasi atau Murni Persiapan Piala Dunia U17

Dengan biaya sebesar Rp 6 miliar, renovasi rumput Jakarta International Stadium (JIS) oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mengundang perdebatan yang memicu sorotan pro dan kontra. Tepatnya apakah renovasi ini merupakan hasil politisasi atau semata-mata persiapan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U17 juga dipertanyakan.

Dalam beberapa pendapat, dianggap berlebihan inspeksi yang dilakukan oleh pemerintah di JIS. Lebih menarik lagi, hasil inspeksi ini hanya memfokuskan pada perencanaan perbaikan rumput stadion yang sebenarnya telah menjadi praktik umum di berbagai stadion internasional.

Di JIS, rumput yang digunakan adalah jenis hybrid yang terdiri dari 95% Zoysia Matrella yang berasal dari Boyolali dan 5% Sintetis Limonta. Uniknya, rumput hybrid ini telah mendapatkan rekomendasi dari FIFA dan identik dengan rumput yang digunakan di stadion Wanda Metropolitano (Atletico Madrid) dan Allianz Arena (Bayern Muenchen).

Sorotan publik juga terarah pada sikap dua menteri yang secara langsung mengundang kontraktor rumput untuk melakukan pemeriksaan di JIS. Yang menarik, sebenarnya penilaian mengenai kelayakan rumput seharusnya dilakukan oleh FIFA. Mengingat hal tersebut, terdapat pertanyaan etis tentang meminta seseorang yang memiliki kepentingan bisnis untuk memberikan sebuah standar tertentu.

Membuat banyak orang tercengang, terlebih lagi karena proses evaluasi belum selesai dan tender belum dilakukan, Menteri PUPR telah mengundang kontraktor rumput, seolah-olah kontraktor tersebut telah ditunjuk untuk melaksanakan renovasi rumput stadion.

Dengan dukungan konsultan Buro Happold, JIS telah dibangun sepenuhnya oleh tenaga kerja Indonesia, yang sebelumnya juga terlibat dalam pembangunan Tottenham Hotspur Stadium di Inggris. Melalui kolaborasi ini, diharapkan desain JIS telah mengikuti standar dan panduan FIFA Stadium yang telah terbukti diimplementasikan di Tottenham Hotspur Stadium.

Mari kita selami sisi menarik lainnya yang terkait dengan JIS, yaitu tentang fasilitas parkir yang menjadi perhatian banyak orang. Namun, yang menariknya adalah, dalam panduan FIFA Stadium, tidak ada persyaratan khusus mengenai jumlah minimal tempat parkir yang harus disediakan. Panduan tersebut justru lebih mengedepankan penggunaan transportasi publik dan diversifikasi moda transportasi. JIS sendiri telah menyediakan sebanyak 1.200 tempat parkir yang diperuntukkan bagi tim, penonton dengan disabilitas, VVIP, dan undangan khusus. Untuk melengkapi itu, terdapat pula kantong parkir yang tersedia di sekitar area JIS, seperti di dekat RS Sulianti Saroso, Kemayoran, dan Ancol. Jadi, JIS memastikan adanya opsi yang memadai bagi para pengunjung yang ingin menggunakan kendaraan pribadi.

Sangat penting bagi pemerintah untuk menghentikan politisasi yang tengah terjadi terhadap JIS. Tindakan ini tidak hanya bertentangan dengan logika yang sehat, tetapi juga berpotensi menghamburkan sumber daya keuangan negara yang berharga. Kontroversi yang melingkupi renovasi rumput JIS menjadi cerminan betapa pentingnya transparansi, keadilan, dan keterlibatan pihak independen dalam proses evaluasi. Dalam persiapan sebagai tuan rumah Piala Dunia U17, adalah hal yang krusial bagi pemerintah untuk memastikan bahwa setiap keputusan dan tindakan didasarkan pada pertimbangan objektif dan tidak terpengaruh oleh motif politis. Dengan demikian, kita dapat menjaga integritas dan profesionalisme dalam menjalankan proses ini dengan sukses.

You May Also Like

About the Author: Makka